Sebelum hamil, saya pernah mendapat nasihat dari nenek saya berdasarkan tulisan dari bapak R. Soenarto Mertowardojo mengenai pendidikan dalam kandungan. Beliau mengatakan mendidik anak dalam kandungan artinya mendidik diri sendiri. Singkatnya ibu harus bisa mengendalikan angan-angan (pikiran) dan nafsu-nafsunya untuk hal-hal yang baik dan selalu dalam suasana dekat dengan Tuhan. Selain itu juga menjaga kondisi kejiwaannya sendiri, dengan cara selalu mematuhi perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
Maka begitu saya tahu bahwa saya hamil, saya berusaha untuk merubah kebiasaan-kebiasaan
yang menurut saya kurang bermanfaat. Contohnya, bila sebelum hamil saya suka
sekali main game dari pagi sampai malam, begitu hamil saya tinggalkan game dan
memulai hidup yang menurut saya lebih bermanfaat seperti bangun lebih pagi,
mengerjakan segala pekerjaan rumah lebih cepat, lebih banyak membaca buku dan
membantu orang lain. Saya merasa bahwa niat merubah watak saat itulah yang
menyebabkan saya nyaman, baik secara fisik maupun mental.
Mengapa
mendidik anak dalam kandungan? Karena mendidik anak dalam kandungan jauh lebih
mudah dibandingkan mendidik anak ketika sudah di luar kandungan. Bagaimana
caranya? Caranya dengan mendidik diri ibu sendiri. Contohnya, buang
pikiran-pikiran yang terurai-urai tak berujung (seperti melamun, khawatir dan
rumit), lakukan pekerjaan-pekerjaan bermanfaat dan kurangi kesenangan. Apa
hasilnya? Kejiwaan ibu kuat, fisik ibu kuat dan janin pun kuat.
Apakah
peran ayah penting? Tentu saja. Bila ayah sebagai pendamping ibu bisa membantu
menciptakan suasana kejiwaan yang baik bagi ibu, maka ibu akan sangat terbantu.
Sikap yang lembut dan keinginan untuk meringankan beban ibu baik secara fisik
maupun pikiran dapat membuat ibu merasa nyaman. Bila ibu merasa aman, nyaman
dan tentram, maka ibu lebih siap menghadapi perubahan-perubahan fisik yang
terjadi padanya. Selain ayah siapa lagi yang bisa berperan? Siapa pun yang ada
di dekat ibu hamil bisa berperan, contohnya: keluarga dan teman. Kepedulian orang
dekat terhadap ibu hamil sangat perlu demi menjaga keutuhan jiwa generasi
selanjutnya.
Namun
ada yang perlu juga kita ingat, bahwa ada hukum keadilan Tuhan yang berlaku.
Tak jarang kita temukan seorang yang dianggap tidak baik di masyarakat justru
memiliki anak yang berbudi luhur. Dan tak jarang pula kita temukan orangtua yang
baik memiliki anak yang berbudi asor atau perilakunya tercemar. Karena itu,
tugas kita hanyalah berusaha yang terbaik selama proses pendidikan anak dalam
kandungan, agar kita dapat mempersiapkan kondisi kejiwaan anak sejak masih dalam
bentuk embrio kecil.
Demikianlah
suasana sakral yang perlu sekali ibu jaga saat hamil yaitu mendidik anak dalam
kandungan dengan mendidik diri sendiri. Semoga kelak anak-anak generasi
mendatang luhur budinya, luhur derajatnya serta mulia hidupnya.
Penulis:
Wanda
Soepandji
Ibu
dari seorang anak laki-laki (3 tahun 9 bulan)
12
November 2015
No comments:
Post a Comment