Menu



http://jejakjco.blogspot.com/p/blog-page.htmlhttp://jejakjco.blogspot.com/


Thursday, November 12, 2015

Mendidik Anak dalam Kandungan



Sebelum hamil, saya pernah mendapat nasihat dari nenek saya berdasarkan tulisan dari bapak R. Soenarto Mertowardojo mengenai pendidikan dalam kandungan. Beliau mengatakan mendidik anak dalam kandungan artinya mendidik diri sendiri. Singkatnya ibu harus bisa mengendalikan angan-angan (pikiran) dan nafsu-nafsunya untuk hal-hal yang baik dan selalu dalam suasana dekat dengan Tuhan. Selain itu juga menjaga kondisi kejiwaannya sendiri, dengan cara selalu mematuhi perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.

Maka begitu saya tahu bahwa saya hamil, saya berusaha untuk merubah kebiasaan-kebiasaan yang menurut saya kurang bermanfaat. Contohnya, bila sebelum hamil saya suka sekali main game dari pagi sampai malam, begitu hamil saya tinggalkan game dan memulai hidup yang menurut saya lebih bermanfaat seperti bangun lebih pagi, mengerjakan segala pekerjaan rumah lebih cepat, lebih banyak membaca buku dan membantu orang lain. Saya merasa bahwa niat merubah watak saat itulah yang menyebabkan saya nyaman, baik secara fisik maupun mental.

Mengapa mendidik anak dalam kandungan? Karena mendidik anak dalam kandungan jauh lebih mudah dibandingkan mendidik anak ketika sudah di luar kandungan. Bagaimana caranya? Caranya dengan mendidik diri ibu sendiri. Contohnya, buang pikiran-pikiran yang terurai-urai tak berujung (seperti melamun, khawatir dan rumit), lakukan pekerjaan-pekerjaan bermanfaat dan kurangi kesenangan. Apa hasilnya? Kejiwaan ibu kuat, fisik ibu kuat dan janin pun kuat.

Apakah peran ayah penting? Tentu saja. Bila ayah sebagai pendamping ibu bisa membantu menciptakan suasana kejiwaan yang baik bagi ibu, maka ibu akan sangat terbantu. Sikap yang lembut dan keinginan untuk meringankan beban ibu baik secara fisik maupun pikiran dapat membuat ibu merasa nyaman. Bila ibu merasa aman, nyaman dan tentram, maka ibu lebih siap menghadapi perubahan-perubahan fisik yang terjadi padanya. Selain ayah siapa lagi yang bisa berperan? Siapa pun yang ada di dekat ibu hamil bisa berperan, contohnya: keluarga dan teman. Kepedulian orang dekat terhadap ibu hamil sangat perlu demi menjaga keutuhan jiwa generasi selanjutnya.

Perlukah ibu berhati-hati dalam berpikir, berbicara dan berbuat saat hamil? Menurut saya itu adalah teladan yang sangat perlu. Mengapa? Bila memang tujuan kita memiliki anak yang mudah dididik nantinya, maka kita harus memberi teladan mulai sejak janin itu tumbuh berkembang di dalam tubuh ibu. Bila kita mengharapkan anak yang berpikiran jernih maka berusahalah selalu berpikir positif, bila kita mengharapkan anak yang santun berbicara maka santunlah dalam berbicara, bila kita mengharapkan anak yang tenang maka tenanglah dalam menghadapi hal-hal yang amat sangat berat sekalipun, bila mengharapkan anak yang rajin beribadah maka jangan pernah lewatkan satupun kesempatan ibadah termasuk memaafkan dan menolong orang lain. Tentu akan lebih mudah bagi anak kita untuk mencontoh apa yang kita teladankan padanya, daripada melakukan apa yang kita nasihatkan padanya.

Namun ada yang perlu juga kita ingat, bahwa ada hukum keadilan Tuhan yang berlaku. Tak jarang kita temukan seorang yang dianggap tidak baik di masyarakat justru memiliki anak yang berbudi luhur. Dan tak jarang pula kita temukan orangtua yang baik memiliki anak yang berbudi asor atau perilakunya tercemar. Karena itu, tugas kita hanyalah berusaha yang terbaik selama proses pendidikan anak dalam kandungan, agar kita dapat mempersiapkan kondisi kejiwaan anak sejak masih dalam bentuk embrio kecil.

Demikianlah suasana sakral yang perlu sekali ibu jaga saat hamil yaitu mendidik anak dalam kandungan dengan mendidik diri sendiri. Semoga kelak anak-anak generasi mendatang luhur budinya, luhur derajatnya serta mulia hidupnya.

Penulis:
Wanda Soepandji
Ibu dari seorang anak laki-laki (3 tahun 9 bulan)


12 November 2015

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...